Belakangan ini, berita tentang tindakan terorisme maupun konflik ekstrem terus menghiasi pemberitaan global. Kita sering mendengar tentang berbagai peristiwa memilukan, seperti konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina yang menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil, atau perang saudara di Suriah yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan telah menelan ratusan ribu korban jiwa serta mengakibatkan jutaan orang terpaksa meninggalkan negaranya. Berbagai kejadian tersebut sering kali dikaitkan dengan istilah radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.
Indonesia pun pernah mengalami serangan terorisme seperti pada serangan bom Bali pada tahun 2002, serangan bom di Sarinah Jakarta pada tahun 2016, hingga penyerangan gereja di Surabaya pada tahun 2018. Kejadian-kejadian ini menimbulkan rasa takut dan mengancam keamanan serta kedamaian di masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenal lebih jauh tentang radikalisme, ekstremisme, dan terorisme agar bisa mencegah munculnya pemahaman dan tindakan berbahaya tersebut.
Ketiga istilah di atas sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Di manakah letak perbedaanya? Simak penjelasan di bawah ini supaya bisa memahami perbedaannya secara tepat!
1. Radikalisme
Radikalisme adalah sebuah paham atau aliran yang ingin mengubah sistem yang ada secara mendasar atau total (Sinaga, d.k.k., 2018). Sesuai dengan asal katanya, yakni dari kata “radix” yang berarti akar dan ingin melakukan perubahan sampai ke akar-akar dari suatu sistem. Adapun sistem yang dimaksud bisa merujuk pada ketidakpuasan terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang ada. Karena ingin mewujudkan perubahan yang drastis, mereka bisa saja memutuskan untuk menggunakan cara-cara kekerasan. Tidak semua paham radikal mengarah pada kekerasan, namun radikalisme bisa menjadi pintu masuk ke tindakan ekstrem apabila tidak diwaspadai.
Misalnya, seseorang memiliki gagasan untuk mengubah total sistem pendidikan karena merasa sistem saat ini tidak adil. Pemikiran ini disebut radikal jika perubahan yang diusulkan sangat mendalam dan jauh berbeda dari kondisi sekarang.
2. Ekstremisme Kekerasan
Ekstremisme Kekerasan adalah paham yang memegang pandangan atau sikap sangat keras, kaku, dan tidak toleran terhadap pendapat atau kelompok lain yang mereka anggap sebagai musuh (UNESCO, 2017). Ekstremisme kekerasan tidak menerima kompromi dan cenderung menganggap pandangannya sendiri yang paling benar. Di sinilah letak perbedaan antara radikalisme dan ekstremisme, yaitu pada ada atau tidaknya komitmen untuk menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, kelompok ini menganggap bahwa tindakan kekerasan terhadap musuh adalah sesuatu hal yang sah dan merupakan bagian dari apa yang mereka yakini (Dahniel, 2023).
Contohnya, seseorang atau kelompok yang tidak mau berteman atau berinteraksi dengan orang lain karena berbeda keyakinan agama atau pandangan politik, serta memaksakan pandangan mereka sebagai satu-satunya kebenaran.
3. Terorisme
Terorisme merupakan tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk menciptakan rasa takut yang luas (teror) dan korban sebanyak-banyaknya di masyarakat (Sinaga, d.k.k.). Tujuan utama terorisme adalah untuk mencapai kepentingan politik, ideologi, atau agama tertentu melalui aksi kekerasan dan intimidasi.
Misalnya, pengeboman, penculikan, atau penyerangan tempat umum dengan tujuan membuat masyarakat takut sehingga pelaku dapat memaksakan tujuannya kepada pemerintah atau kelompok tertentu.
Meskipun radikalisme, ekstremisme, dan terorisme merupakan terminologi yang berbeda, ketiganya tetap saling berkaitan. Tindakan terorisme tidak terjadi secara tiba-tiba begitu saja, melainkan melalui tahapan tertentu yang mendahuluinya. Biasanya seseorang mulai dari terpapar pada propaganda yang sifatnya memecah belah, menjadi percaya, kemudian mulai menguatkan diri untuk melakukan tindakan kekerasan, melakukan persiapan (mobilisasi), hingga akhirnya melakukan aksi terorisme.
Proses tersebut tentu berbeda pada setiap individu atau kelompok, serta durasinya bervariasi tergantung intensitas paparannya. Situasi ini dapat diperparah juga dengan masifnya penyebaran ekstremisme berbasis kekerasan melalui berbagai media, baik offline maupun online untuk mendorong tindakan-tindakan terorisme, meraih simpati, dan merekrut anggota baru (I-KHub, 2024).
Cara Menjaga Diri dari Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme
Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga diri:
- Jaga sikap toleransi dan hormati perbedaan, sikap ini merupakan kunci dalam pencegahan
- Berpikir kritis dan jangan mudah percaya pada informasi yang belum jelas sumbernya.
- Rajin berdialog dengan teman atau keluarga tentang isu sosial secara terbuka.
- Segera melapor pada orang yang dipercaya atau pihak berwenang jika ada ajakan atau tindakan mencurigakan.
- Aktif berpartisipasi dalam kegiatan positif di lingkungan sekitar atau sekolah.
Bagaimana Cara Mengidentifikasi Kelompok Radikal?
Kadang, kelompok radikal sulit dikenali secara langsung karena sering tampil dalam bentuk yang menarik, terutama bagi anak muda. Namun, berikut beberapa ciri yang bisa digunakan untuk mengenali kelompok-kelompok tersebut:
- Menolak perbedaan pandangan atau keyakinan secara keras, bahkan terkadang disertai ujaran kebencian terhadap kelompok lain.
- Menggunakan narasi kekerasan atau membenarkan kekerasan sebagai jalan mencapai tujuan mereka.
- Suka menyebarkan informasi yang provokatif, biasanya tanpa sumber jelas atau sengaja menimbulkan kebencian terhadap kelompok lain.
- Tertutup dan eksklusif, tidak mau berdialog terbuka dengan masyarakat atau kelompok yang berbeda pandangan.
- Sering memanipulasi agama, politik, atau budaya untuk menarik simpati, terutama anak muda yang sedang mencari identitas.
Mengapa Penting untuk Tahu Perbedaannya?
Memahami perbedaan antara radikalisme, ekstremisme, dan terorisme sangat penting, khususnya bagi generasi muda, agar harapannya bisa lebih bijak dalam bersikap dan berpikir. Terlebih lagi di era di mana segala informasi dapat masuk dengan mudah melalui internet, sehingga perlu adanya “filter” yang mampu menyaring pemikiran maupun ideologi yang berpotensi merusak kerukunan di masyarakat.
Referensi
- Action Counters Terrorism (ACT). (n.d.). Spot the Signs of Radicalization. https://actearly.uk/spot-the-signs-of-radicalisation/what-to-look-for/
- Dahniel, M. R. A. (2023). Memahami Ancaman Radikalisme dan Terorisme di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. https://ikhub.id/produk/buku/memahami-ancaman-radikalisme-dan-terorisme-di-indonesia-16016134
- educateagainsthate.com. (n.d.). Radicalisation and Extremism. https://www.educateagainsthate.com/radicalisation-and-extremism/
- Indonesia Knowledge Hub on Countering Terrorism and Violent Extremism. (2024). I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook 2024. https://ikhub.id/produk/outlook/i-k-hub-bnpt-counter-terrorism-and-violent-extremism-outlook-2024-97541133
- Sinaga, O., Ramelan, P., & Montratama, I. (2018). Terorisme Kanan iIdonesia: Dinamika dan Penanggulangannya. PT Elex Media Komputindo.
- UNESCO Education Sector. (2017). Preventing Violent Extremism Through Education: A Guide for Policy-makers. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. https://doi.org/10.54675/BAUW5133
Oleh: Jonathan Suseno Sarwono
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Diponegoro