Sharing Pekerja Indonesia (Tokuteginou) di Jepang

Assalammulaikum. Perkenalkan.

  • Nama:Susanto,
  • Umur 30 Tahun.
  • Asal: Ngawi, Jawa Timur. Indonesia.
  • Lokasi di Jepang: Osaka Fu, Kishiwadashi.
  • Status: Tokuteginou (特手技能)
  • Pekerjaan: Yousetsu (溶接) Pengelasan.
  • Lama di Jepang: 4 Tahun (2018-2022). 3 Tahun Jissusei, 1 Tahun Tokuteginou.

Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih, sudah di berikan kesempatan dan ruang untuk bercerita tentang sedikit cerita hidup saya selama di Jepang.

Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dari perusahaan dan akan pulang ke tanah air pada bulan Desember tahun 2022 ini. Ini merupakan pilihan yang tidak mudah, selain sangat berat dan sangat dilema.

Ada banyak yang cerita hidup yang ingin saya ceritakan dan tujuannya yaitu agar di ketahui khususnya rekan-rekan pekerja, Jissusei ataupun Tokuteginou yang berada di Jepang ataupun mereka yang berencana datang ke Jepang.

Pilihan untuk berhenti dan pulang ke Indonesia, akhirnya saya putuskan melalui beberapa pertimbangan. Alasan utama yang membuat saya mengambil keputusan ini adalah kesehatan.

Pekerjaan pengelasan yang saya lakukan saat ini, merupakan pekerjaan yang sangat berat dan sangat berbahaya buat kesehatan tubuh (paru-paru) saya. Ketika 3 Tahun pertama saya bekerja pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding). Di sini saya mengelas mengunakan kawat berwarna kuning. Satu tahun selanjutnya, saya pindah ke perusahaan lain, saya mengubah status saya dari Jissusei (Pekerja Magang) menjadi Tokuteginou (特手技能) atau Tenaga kerja dengan Keahlihan Khusus.

Dan selama 1 Tahun tersebut, pengelasan yang saya lakukan bukan lagi jenis pengelasan GMAW, melainkan pengelasan FCAW (Flux Cord Arc Welding), yang mana pengelasan dengan kawat warna putih. Pengelasan FCAW (Flux Cored Arc Welding) ini menurut saya dan banyak orang, sangat berbahaya buat kesehatan badan manusia.

Bagaimana saya bekerja, rekan-rekan bisa melihat pengelasan yang saya lakukan di link ini, https://youtu.be/Ib3w_qjeQPA. Selama 3 tahun pertama, sewaktu masih dalam status Jissusei saya melakukan pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding). Di fase ini pengelasan masih berasa ringan. Tetapi setelah 1 tahun pertama melakukan pengelasan FCAW, saya merasakan pernafasan saya sangat berat terkadang sulit bernafas.

Ketika melakukan pengelasan, filter masker dalam sehari bisa di ganti-ganti beberapa kali, dan warna filter masker itu menjadi hitam, ini artinya pengelasan FCAW ini sangat atau lebih berbahaya dari pada pengelasan GMAW.

Dengan melihat hitamnya maskter saya, saya tidak bisa membayangkan bagaimana paru-paru saya bisa sehat bila saya terus melakukan pekerjaan ini. Dan saya pun mendapat banyak cerita, bahwa pengelasan jenis ini sangat dihindari oleh banyak orang, khususnya orang Jepang itu sendiri, walaupun di bagian kerja saya ini, ada beberapa orang Jepang yang ikut mengerjakan. Ya mungkin hal ini dikarenakan rekan-rekan Jepang saya tersebut, sudah tidak mempunyai pilihan pekerjaan lain.

Di tempat saya bekerja saat ini, saya dan rekan saya sesama warga Indonesia adalah pekerja yang paling muda. Pada umumnya pekerja pada pekerjaan jenis ini berumur 40 ke atas. Memang di perusahaan ini, gaji saya lebih besar sekarang di bandingkan ketika menjadi Jissusei di 3 tahun pertama di Jepang.

Dulu saya bisa menerima gaji (sudah di potong macam-macam) uang yang masuk ke rekening saya kira-kira sebesar 100,000 Yen. Lalu sekarang setelah status saya menjadi Tokuteginou saya mendapatkan gaji bersih (sudah di potong macam-macam seperti biaya asuransi, tempat tinggal, dll) kira-kira sebesar 150,000 Yen.

Perbedaan 50,000 perbulan tersebut adalah sangat besar, buat saya. Untuk biaya hidup (biaya makan, dll) saya selama di tinggal di Osaka Jepang, saya bisa menghabiskan sekitar 60,000 Yen. Sisanya saya tabung dan kirim ke Indonesia. Untuk makan siang, di hari kerja, saya pesan makanan di perusahaan, karena selain murah, saya tidak perlu repot memasak dan lain-lain.

Namun masalahnya, karena saya seorang Muslim, terkadang di dalam kotak makanan tersebut ada daging atau makanan yang tidak halal, dan ketika saya mengetahui itu, hal yang saya lakukan adalah tidak makan, dan memakan makanan yang lain. Karena di dalam kotak makanan (kotak bentou) tersebut ada beberapa lauk pauk.

Jadi yang saya pikir tidak halal saya tidak makan, yang halal saya makan. Dan inilah tantangan hidup di negara orang. Ada 3 Hal yang ingin saya sampaikan kepada semua orang yang mungkin mau bekerja ke Jepang atau sudah ada di Jepang tapi baru awal-awal. Ketika 3 Hal itu adalah:

  1. BELAJAR BAHASA JEPANG SUNGGUH-SUNGGUH. Karena hal ini sangat penting, karena kalau tidak mengerti bahasa Jepang, kita tidak akan bisa bekerja maksimal, dan yang ada nanti kita menjadi masalah buat banyak orang.
  2. JAGA SIKAP. Kita harus bisa tunjukan adab kita sebagai orang Indonesia, rasa hormat, sopan santun kepada semua orang.
  3. SEMANGAT. Kita harus bisa menjaga semangat kerja kita, kita harus rajin, walaupun misalnya skill kita masih rendah. Tapi kalau kita rajin, mąką rekan-rekan kerja kita, juga pimpinan kita akan segan dengan kita.

Bila kita ada masalah di pekerjaan, masalah dengan perusahaan, kita harus bisa berbicara, jangan diam, jangan di simpan sendririan. Kita bisa melaporkan ke Kumiai 組合 / serikat kerja yang memasukan kita kerja ke perusahaan tersebut.

Namun sayangnya, banyak Kumiai yang tidak peduli dengan pekerja, mereka lebih cenderung membela, memihak ke perusahaan. Dan seandainya bila kita ada permasalahan dengan perusahaan, umumnya pihak kumiai lebih berat ke perusahaan, yang dimaklumkan karena mereka (kumiai) tersebut mendapatkan uang dari perusahaan.

Yang sedihnya terkadang Kumiai juga beranggotakan orang Indonesia, tapi tetap mereka lebih berat kepada perusahaan, dan kita sebagai pekerja di abaikan, atau ditelantarkan. Ya inilah nasib kita, yang terkadang diperlakukan hanya sebagai obyek mata pencaharian mereka, tanpa pernah berpikir bahwa kita sama-sama orang Indonesia.

Bila ada permasalahan, untuk melapor ke pihak KJRI atau KBRI/ Kedutaan Republik Indonesia di Jepang, saya tidak pernah berfikir kesana. Dan pemikiran ini mungkin juga sama dengan pemikiran banyak jissusei atau pekerja Indonesia di Jepang ini.

Selain karena tidak kenal dengan orang-orang KJRI/ KBRI, terkadang dan ada kesan juga, untuk menghubungi mereka sangat susah dan ribet, sama dengan birokrasi pemerintahan yang berbelit-belit. Kalau tidak percaya, Coba deh teman-teman telepon, kemungkinan besar tidak di angkat atau diangkat tapi sedang sibuk, atau di oper kesana-sini . Ya siapalah kita ini, hanya pekerja kasar, kuli. Kita ini bukanlah kaum elite seperti teman-teman pelajar yang selalu di perhatikan oleh mereka.

Doakan semoga di kedepannya, saudara-saudara kita para pekerja di Jepang diberikan kemudahan, sehingga banyak orang Indonesia bisa mengadu nasib di sini. Bila itu terjadi ini bagus, jadi orang Indonesia banyak belajar tentang kedisiplinan, kejujuran dan cara kerja orang Jepang yang ulet dan tahan banting.

Salam,
Susanto di Osaka.

22 thoughts on “Sharing Pekerja Indonesia (Tokuteginou) di Jepang”

  1. Bekerja neng Jepang tidak seindah yang di pikirkan oleh orang tua, saudara – saudara kita di Indonesia ya. Nuhun tuk sharing dan nasehatnya.

  2. Iya, memang betul apa yang di bilang Susanto ini ya.Masalah pekerjaan tidak boleh dipendam sendirian, harus diadukan. Adukan ke teman, atau keatasan, atau ke kumiai. Tp ini bukan berarti masalah akan selesai,kalau tidak ada jalan keluar, konsultasi ke kepolisian setempat juga bisa menjadi salah satu alternatif. Tidak ada jalan keluar juga?laporkan ke KBRI atau KJRI. Tetapi sekali lagi, betul yang dibilang saudara Susanto, pihak KBRI atau KJRI tidak cekatan dalam hal seperti ini. Ada baiknya pihak KBRI atau KJRI menyediakan bagian khusus yang bisa dengan cekatan membantu para pekerja magang atau tokutei ginou. Supaya para pekerja dari Indonesia tidak diremehkan, dan tidak ada lagi kasus yang menyedihkan seperti bunuh diri yang belakangan mulai bermunculan.

  3. Mas Susanto, pengalaman yang dasyat ! Kalau sudah tiba di Indonesia, jangan lupa sebarkan pengetahuan apa yang mas ketahui, buat orang-orang di Indonesia.

  4. Kira2 begitulah kenyataanya, walaupun tidak semua. Masih banyak perusahaan jepang yg benar2 menghargai kinerja kita. Tak sedikit yg benar2 percaya akan kemampuan orang2 indonesia, dari bahasa, skill, speed, dan kemampuan beradaptasi dengan pekerjaan.
    Tentang birokrasi di kbri memang begitulah adanya, mungkin karena karakter orang kita kali ya, hehehe. Tapi ada jalan lain selain melapor ke kumiai atau kbri. Bisa juga lapor ke roudo kijun kantoku ( semacam pengawas perusahaan2 dijpn). Biasanya akan lebih cepat penangananya. Saya sendiri pernah melakukanya, dan memang langsung ditangani hari itu juga. Entah karena saya beruntung atau mungkin begitulah sistem dan karakter kerja jpn.
    Buat mas susanto, sehat2 ya mas. Kapan2 kita ketemu di tanah air.

    1. Terimakasih bang Hendi atas informasi dan tanggapannya. Yap setuju dengan bang Hendi. Banyak juga hal positif yg di torehkan pekerja Asal Indonesia di jepang.
      Siap bang Hendi, sampai jumpa di Indonesia. ^_^

  5. Akhmad Zulkarnain

    Jepang sudah payah, ekonomi nya semakin terjun bebas.. lebih baik ke korea wae, atau buat bisnis dewe ! 4 Tahun sudah cukup, jangan kelamaan, nanti jadi Robot 🙂

  6. Puji Tuhan bisa berbagi pengalaman di kabarjepang.com
    semoga bermanfaat untuk teman2 yg akan berangkat kerja ke Jepang.
    Terimakasih untuk komentar dan tanggapan nya ^_^

  7. Kerja KBRI tidak berubah! Cara kerjanya lambat, Dan sang at tidak professional.
    Kasihan mereka yang selalu berharap kpd KBRI !!

  8. Lanjutkan mas,,sy selaku pemilik dan pelakunya pengelasan maka saya setuju,, pengelasan itu ilmu dan safety nya level dewa,,kalau masalah kerja dijepang itu menurut saya masih lebih baik kita generasi muda Indonesia (dizaman bonus demografi) sebaiknya kita banyak diluar negeri agar kelak negara’kita lebih kuat karena anak negara’ bermental baja.

    Salam 1 pecinta Indonesia Jepang.

  9. LUTFI BAKHTIYAR

    Begini ya.

    Setiap pekerjaan pasti membahayakan kesehatan, bedanya kalau di Jepang semuanya sudah diperhitungkan dengan baik mulai dari seragam, peralatan kerja hingga asuransi kesehatan. Kalau badan tidak enak, bisa libur dan periksa ke dokter.

    Masalah terbesar kendala dalam bekerja adalah diri sendiri, misalnya persoalan pribadi, keluarga dsb yang tidak bisa diceritakan ke orang lain.

    Sending Organization atau lembaga pengirim, kumiai ataupun perusahaan pastinya bukan lembaga pemaksa karena bekerja di Jepang itu pilihan sendiri, apalagi setelah melewati berbagai macam seleksi pula. Pastinya mereka akan merasa dirugikan kalau ada pekerjanya yang berhenti di tengah jalan.

    Sementara banyak yang ingin bekerja di jepang tetapi belum kesampaian.

    Dan dijamin tidak akan bisa bekerja lagi di Jepang karena tercatat dalam immigrasi. Jadi berfikirlah masak-masak sebelum berkarier di Jepang yang nota bene bukan negara muslim.

    Andaikan sebelum memutuskan resign ngobrol dengan saya, mungkin hasilnya akan lain.

  10. terimakasih mas susanto atas pengalaman selama bekerja di jepang, saya juga akan bercerita pengalaman saya selama bekerja di sana sebagai kenshusei. Saya waktu itu bekerja di wilayah kitakyushu tepatnya d Nukazuka.Bisa bekerja di jepang bagi saya suatu pekerjaan yang saya syukuri.dengan keterbatasan bahasa saya di tahun pertama adalah tahun yang sulit.di bulan ke 6 saya bekerja ada sedikit permasalahan dalam bahasa dan saya hampir menyerah bilamana harus pulang ke indonesia. hal yang mengejutkan bagi saya adalah semua karyawan orang jepang menyemangati saya dan kami di dalam perusahaan seperti keluarga. suasana itu sampai sekarang masih saya ingat. suasana penuh keceriaan. pada waktu itu saya dan teman teman bertemu orang indonesia yang sama sama kenshusei dan mereka telah membuat perkumpulan Putra Wakamatsu. dari situ kami bisa saling mengenal dan di hari libur kami sering membuat kegiatan. apa perlombaan sepak bola, badminton dan juga pengajian. di samping itu dengan banyaknya anggota,kami bisa berbagi pengalaman. suatu ketika ada anak dari kapal yang terluka karena ada perselisihan kesalah pahaman dengan orang jepang. Dengan bantuan teman teman informasi tersebut bisa tersampaikan sampai KBRI di jepang. tidak menunggu lama perusahaan tersebut di adili di pengadilan dan masalah bisa terselesaikan dengan baik. perusaan lebih memperketat standar keselamatan para pegawainya.kami juga berbaur dengan kelompok dengan nama persatuan pelajar indonesia di jepang (PPI). banyak kegiatan positif yang dapat kami peroleh. Tidak berhenti sampai di situ kami juga bekerja sama dengan kepolisian di jepang, bilamana ada suatu permasalahan mereka lebih cepat merespon laporan kita.bagi saya jepang itu indah. asal kita bisa berbaur tidak ada permasalahan yang tidak bisa terselesaikan.

  11. Robin Simanjuntak

    Bersyukur anda mendapat pelajaran berharga (paling tidak 3 hal itu..) yang jadi modal bagi dia untuk kembali bekerja di Indo untuk sukses di Indonesia.
    Berkaitan dengan TKI di Japan banyak yang bisa kita perbuat untuk mereka. – Buat komunitas TKI yang saling peduli sepenanggungan. – Komunitas ini perlu seperti anda bilang memperjuangkan nasib atau aspirasi orang Indo ‘Bila kita ada masalah di pekerjaan, masalah dengan perusahaan, kita harus bisa berbicara, jangan diam, jangan di simpan sendririan. Kita bisa melaporkan ke Kumiai 組合 / serikat kerja yang memasukan kita kerja ke perusahaan tersebut.”
    – Kalau ada yang kesulitan mau pulang Indo bantu urusin proses kepulangannya dan doakan dia. -. Menjadi cara untuk jadi berkat buat TKI di Jepang. Malah kalau mereka sudah di Indonesia tetap kita doakan.

  12. Thanks for sharing ya susanto… pokokny apapun yg km putuskan, aku prcaya sdh mlewati berbagai pertimbangan, krn hidup bkn smata2 krn uang saja ..

    Smpai bertemu lagi di lain kesempatan ya…

  13. Thanks buat sharing…pastinya banyak yang terinspirasi-atau jadi tahu atau sadar- bekerja di Jepang, tidaklah mudah…tapi yang pasti pengalaman yang didapat Bro.Susanto sangatlah berharga….sukses slalu di akhir akhir masa di Jepang dan nantinya waktu balik ke Indonesia…

    Mungkin masukan buat yang lain….ayo klo di Jepang, bergaul juga sama orang sana…cari sobat org sana( yang baik- tentunya)jangan cuma kumpul sama sesama orang Indonesia…

    Well, salah satunya yah..seperti kata bro Susanto di atas…mesti blajar Nihongo dengan baik…

    Kita bisa belajar sambil melakukan( learning by doing) dan tanya tanya kalau ga tau/ ngerti dan cari tahu kata/ kalimat ( yg ga tau itu)…

    Saya juga masih blajar Nihongo..

    Gitu aja deh

  14. Terima Kasih ya Mas Susanto. Kalau boleh tau, apakah Tokuteginou itu berganti bidang pekerjaan, misalnya dari pengelasan ke pertanian ? Dan misalnya mas Susanto balik lagi ke Jepang, mau kerja di bidang apa ?

  15. Trimakasih atas informasinya mas susanto, sangat berguna bagi teman2 yg ingin kerja dijepang dan yg baru sampe jepang..

  16. Hendrik Siregar

    Kalau ada kesempatan ke Korea mas…
    Gajinya lebih tinggi dan dapat pengalaman baru juga bahasa baru…
    앞으로 한국이 일본보다 낫다

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *